Mobil paling cocok di Indonesia adalah hybrid, bukan mobil listrik. Sebab, mobil hybrid bisa mendukung energi terbarukan yang saat ini tengah dikembangkan oleh pemerintah.
Bukan rahasia umum bahwa Indonesia saat ini sedang mendorong pertumbuhan mobil listrik BEV (Battery Electric Vehicle), untuk lebih cepat mencapai tujuan carbon neutral demi mengurangi tingkat polusi udara. Berbagai produsen mobil mulai berlomba-lomba untuk memasarkan produk BEV-nya, tak terkecuali pabrikan Jepang, China, Korea, hingga Eropa sekalipun.
Permasalahan utamanya, apakah peralihan dari mobil ICE (Internal Combustion Engine) melompat langsung ke BEV menjadi langkah yang tepat untuk mencapai kondisi carbon neutral? Sepertinya ini langkah yang kurang bijaksana, mobil HEV (Hybrid Electric Vehicle) adalah opsi yang lebih tepat tujuan mengingat kondisi Indonesia saat ini. Salah satu alasannya dikemukakan oleh Executive Vice President Mitsubishi Motors Corporation, Hiroshi Nagaoka.
“Intinya adalah mengapa HEV itu buat Mitsubishi Motors lebih baik dibanding kendaraan full listrik. Yang pertama adalah tujuannya untuk mengurangi CO2 yang sebenarnya lebih cocok dari sumber Sustainable Energy (Sumber Daya Terbarukan),” terang Nagaoka saat kami sambangi di ajang Japan Mobility Show 2023 di Tokyo, Jepang (25/10/2023).
Proses untuk pembuatan mobil BEV juga sangat panjang. Mulai dari pembuatan mobil, baterai, dan proses lainnya. Nagaoka juga menambahkan, “Untuk membuat baterai, harus mengambil energi yang sangat besar sekali yang juga akan menghasilkan CO2.” Sebagai contoh negara-negara di Eropa seperti Norwegia salah satunya, cocok untuk memproduksi atau menggunakan mobil listrik berkat Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang dimiliki.
Sementara di Jakarta, Indonesia, masih mengandalkan batubara yang dapat dikatakan sangat tinggi hasil CO2-nya. Berbanding lurus untuk produksinya, semakin besar ukuran baterai, semakin tinggi juga energi yang dibutuhkan dan CO2 yang dihasilkan untuk membuat baterai tersebut.
“Tidak berhenti di situ, untuk kendaraan BEV berukuran kecil dengan baterai berkapasitas kecil, kita masih bisa memproduksinya dengan PLTU yang menghasilkan CO2. Namun, itu tidak akan berlaku di kendaraan BEV yang memiliki ukuran lebih besar seperti MPV atau SUV,” Nagaoka menegaskan.
Sebelumnya, Mitsubishi pernah membawa dan mengenalkan Minicab MiEV sebagai kendaraan komersial ringan BEV. Katsuo Nakamura selaku Executive Vice President MMC mengingatkan, “Saat ini bulan Januari kendaraan itu (Minicab MiEV) akan diproduksi di Indonesia. Itu adalah suatu upaya untuk memenuhi tuntutan pemerintah agar bisa memproduksi mobil listrik di Indonesia. Namun, untuk ke depannya pasti akan ada model lain yang diperkenalkan.”
Mitsubishi Delica Mini Hybrid Siap Meluncur di Indonesia
Melalui berbagai penjelasan tersebut, kami dapat menarik kesimpulan bahwa kendaraan HEV menjadi solusi yang lebih tepat karena berbagai faktor. Pertama adalah faktor pembangkit listrik di Indonesia belum menggunakan sumber yang terbarukan.
Kedua, memproduksi baterai untuk mobil HEV tentu lebih ramah lingkungan karena membutuhkan energi yang lebih kecil untuk memproduksi baterai yang berukuran kecil, sehingga emisi CO2 dapat ditekan, tidak hanya dari proses produksinya, tapi juga saat penggunaannya di lapangan.
Pucuk dicinta ulam pun tiba, Mitsubishi siapkan mobil yang sangat cocok untuk Indonesia dapat mencapai netralitas karbon saat menyambangi ajang JMS 2023 lalu, yaitu Mitsubishi Delica Mini 2023. Mobil ini memiliki dua opsi mesin, mesin turbo, dan mesin hybrid yang lebih menarik perhatian kami.
Hal paling menarik dari mobil ini adalah kapasitas mesin yang dipadukan dengan sistem hybrid, ruang akomodasi yang tergolong sangat luas, dan fleksibilitas bangku belakangnya luar biasa untuk dapat memuat berbagai barang dengan ukuran besar sekali pun.
Simak terus TahtaAki.com untuk informasi otomotif menarik lainnya.
Leave a Reply